Selasa, 18 Februari 2020

Apa itu GPS Tracker

GPS Tracker - Jaman dulu, para pelaut melakukan navigasi di laut dilakukan dengan berpatokan pada tanda-tanda alam seperti posisi bintang di langit. Peta yang harus dibaca secara manual. Itupun tidak bisa serta merta menentukan di mana posisi saat ini berada. Tapi di era digital ini, dengan kehadiran teknologi GPS alias Global Positioning System membuat proses navigasi jadi jauh lebih mudah.

GPS Tracker
GPS Tracker


Pengguna smartphone bisa langsung menemukan posisinya secara instan dan akurat. Kemampuan dari GPS dalam menentukan lokasi banyak diaplikasikan dalam berbagai hal, mulai dari software navigasi, olahraga, hingga bermain game dengan augmented reality(AR). Di balik kemudahan dari GPS terdapat teknologi canggih berbasis konstelasi satelit. Satelit-satelit antariksa inilah yang membantu smartphone kalian dalam menentukan posisinya di muka bumi.

Berawal dari militer

Catatan NASA mengenai sejarah GPS menuturkan bahwa cikal bakal teknologi sistem navigasi tersebut bermula pada masa-masa awal peluncuran satelit ke orbit bumi. Para ilmuwan waktu itu menemukan bahwa mereka bisa melacak posisi satelit mereka dengan mengamati pergesaran sinyal radionya dari bumi. Pada pertengahan tahun 1960-an, Militer Amerika Serikat mulai melakukan sebuah eksperimen navigasi dengan satelit untuk melacak pergerakan dari kapal selam nuklirnya.
Eksperimen ini sukses sehingga beberapa tahun berikutnya Departemen Pertahanan AS mulai meluncurkan satelit GPS yang bernama Navstar, kependekan dari Navigation System with Timing and Ranging.

Teknologi GPS tadinya hanya bisa dipakai oleh militer AS saja. Namun, kebijakan tersebut berubah setelah insiden pesawat Korean Airlines yang ditembak jatuh karena memasuki wilayah larangan terbang Uni Soviet pada tahun 1983. Presiden AS pada waktu itu pun memutuskan untuk membuka akses ke publik mengenai teknologi sistem navigasi GPS yang pada saat itu sebenarnya masih bersifat sangat rahasia, demi mempermudah navigasi untuk kebaikan bersama. Pada Desember tahun 1993, sistem navigasi GPS sudah siap beroperasi secara penuh yang terdiri dari 24 buah satelit yang saling terhubung di orbit bumi.


Cara kerja GPS


Sistem GPS terdiri dari tiga bagian, yakni satelit di angkasa, stasiun pengendali di bumi, dan perangkat penerima sinyal satelit, contohnya seperti smartphone. Bagaimana cara sistem GPS menentukan di mana lokasi pengguna. Seperti dijelaskan oleh Garmin, salah satu perusahaan pembuat perangkat navigasi, satelit-satelit GPS mengorbit di bumi sebanyak dua kali dalam sehari. Ketika mengorbit ini lah mereka memancarkan sinyal dan parameter untuk ditangkap oleh perangkat penerima sinyal satelit di bumi. Alat penerima sinyal menghitung jarak antara dirinya dan satelit GPS dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menerima sinyal dari masing-masing satelit.

Informasi dari jarak ini lah yang kemudian bisa dipakai untuk menentukan posisi penerima sinyal di bumi melalui teknik trilateration, yakni teknik mencari titik persilangan di antara radius jarak tiga satelit GPS terdekat.
Di mana ketiga titik jarak ini bertemu, di situlah posisi penerima sinyal berada. Untuk menentukan lokasi dan melacak pergerakan dua dimensional(garis bujur dan lintang), penerima sinyal membutuhkan sinyal dari tiga satelit. Dengan menggunakan 4 satelit atau lebih, bisa dilakukan pelacakan posisi secara tiga dimensi (garis bujur dan lintang, serta ketinggian).

Satelit-satelit GPS berada dalam posisi yang mencakup seluruh permukaan bumi. Karena itu, di lokasi manapun anda di planet ini, penerima sinyal selalu bisa “melihat” dan mendapat sinyal dari setidaknya 4 satelit GPS. Usai mendapatkan informasi mengenai lokasi, penerima sinyal pun bisa menghitung berbagai hal seperti kecepatan, arah mata angin, jarak ke tujuan, dan lain-lain. GPS biasanya bisa melacak posisi penerima sinyal dengan akurat hingga radius 10 meter. Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi akurasi dari GPS seperti faktor lingkungan dengan gedung-gedung tinggi atau pepohonan lebat yang bisa menghalangi penerimaan sinyal dari satelit. Sinyal satelit juga sulit untuk menembus bangunan sehingga GPS lebih suka mengunci posisi saat penerima sinyal berada dalam situasi di dalam ruangan ketimbang di luar ruangan.

GLONASS dan A-GPS

Selain GPS, smartphone masa kini biasanya juga mendukung penentuan lokasi lewat GLONASS. Istilah yang satu ini mengacu pada sistem satelit navigasi GPS yang dikembangkan oleh Rusia. GLONASS merupakan kependekan dari Globalnaya Navigatsionnaya Sputnikivaya Sistema (Sistem Satelit Navigasi Global).
Pengembangan GLONASS dimulai pada tahun 1976. Konstelasi satelit GLONASS selesai dan diluncurkan pada tahun 1995, namun GLONASS sempat menurun karena terbengkalai pada akhir dekade tersebut. Rusia kemudian merestorasi GLONASS sehingga kembali beroperasi penuh pada tahun 2011. Jumlah satelit yang mengorbit pada konstelasi GLONASS lebih sedikit dibanding konstelasi GPS, yakni sebanyak 24 buah dan 30-an satelit yang aktif untuk GPS saat ini, namun untuk tingkat akurasi keduanya relatif sama. Sinyal GPS dan GLONASS bisa dikombinasikan oleh sebuah penerima sinyal sehingga total satelit navigasi yang dapat diakses mencapai lebih dari 50 buah untuk meningkatkan cakupan area.

Selain Rusia dan Amerika, Uni Eropa juga mengembangkan sebuah sistem sateit navigasi bernama Galileo yang dijalankan oleh pihak sipil. China juga turut membuat sistem serupa bernama BeiDou yang masih dibangun dan baru beroperasi di sebagian wilayah Asia. Adapun A-GPS alias Assisted GPS merupakan teknik mempercepat penguncian lokasi awal (Time To First Fix atau TTTF) di ponsel pengguna dengan memanfaatkan jaringan seluler. Biasanya, menara BTS (Base Transciever Station) seluler juga dilengkapi penerima sinyal GPS serta terus menerus memperbarui informasi dan menghitung data lokasi.

Data lokasi yang sudah siap dari BTS inilah yang kemudian diteruskan ke ponsel pengguna apabila diminta, sehingga pengguna bisa langsung mengetahui posisinya dimana dan mempersingkat proses penguncian awal. A-GPS ini bisa menghemat waktu dan pemakaian baterai ponsel, namun penggunaannya sangat bergantung pada jaringan seluler. Kalau tak ada jaringan, ponsel akan menggunakan navigasi GPS secara standalone karena bisa berfungsi kapanpun meski ponsel tidak mendapat sinyal seluler. Perlu anda ketahui bahwa fungsi GPS sama sekali tidak selalu bergantung pada jaringan seluler. A-GPS ini hanya bersifat mempercepat penguncian posisi awal saja di ponsel. Pengguna ponsel juga bisa mengunduh offline map supaya peta dalam aplikasi navigasi tetap bisa dilihat meski tidak ada sinyal.

Sekian artikel mengenai “Apa itu GPS Tracker, jika Anda tertarik menggunakan layanan GPS Tracker Anda bisa mengunjungi website GPS Tracker ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar